Ketika Pustakawan Turun ke Lahan: Kisah Buku, Tomat, dan Pak Maskut di Bulukerto



Hari itu langit Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu tampak cerah. Semilir angin pegunungan menyapa hangat di sela-sela deretan tanaman tomat yang tumbuh subur. Di tengah kebun itu, ada pertemuan yang tak biasa  antara seorang petani dan seorang pustakawan.

Namanya Pak Maskut, petani tomat yang sudah lebih dari 15 tahun mengabdikan dirinya pada tanah. Sehari-hari ia bergelut dengan cuaca, hama, dan harga pasar. Namun pagi itu, ia menyambut tamu dari dunia yang berbeda  dunia literasi. Seorang pustakawan dari BRMP Jatim, Mas Koko, datang membawa  buku pertanian.

Kunjungan ini merupakan bagian dari program "Pustakawan Berbagi Buku, Petani Berbagi Ilmu", yang digagas oleh tim pustakawan BRMP (Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian) Jawa Timur. Tujuannya sederhana namun bermakna: menjembatani pengetahuan dari rak buku ke ladang nyata.

“Petani butuh informasi yang bisa langsung diterapkan di lahan, dan buku-buku ini bisa jadi teman baru mereka,” ujar Mas Koko sambil menyerahkan buku panduan budidaya tomat, manajemen panen, dan pemasaran hasil pertanian.

Pak Maskut menyambut dengan senyum. Sambil duduk di pinggir bedengan, ia membuka halaman demi halaman, seolah menemukan sesuatu yang baru dalam dunia yang sudah lama ia geluti.

“Saya biasa belajar dari pengalaman dan cerita tetangga. Tapi buku bisa kasih kita cara-cara baru. Siapa tahu hasil panen bisa lebih bagus,” katanya.

Keduanya pun larut dalam diskusi ringan tentang teknik penanaman, hama yang belakangan sering muncul, dan bagaimana memasarkan hasil tani dengan lebih cerdas. Bukan diskusi formal justru itulah yang membuat suasana terasa dekat.

Kegiatan ini membuktikan bahwa literasi tak harus berlangsung di ruang baca. Ia bisa tumbuh di ladang tomat, di bawah sinar matahari, dengan tangan yang penuh tanah. Di sinilah pustakawan bukan sekadar penjaga buku, tapi penghubung pengetahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar